Sertifikasi K3 Resmi
untuk Tenaga Kerja Profesional

Pengujian dan Pemeriksaan Bejana Tekan

Share:

Proses Pengujian dan Pemeriksaan Bejana Tekan dan Pipa Penyalur

Dalam dunia industri, bejana tekan dan pipa penyalur adalah tulang punggung sistem produksi yang bekerja di bawah tekanan tinggi. Tapi tekanan tinggi berarti risiko tinggi juga. Satu kebocoran kecil atau sambungan yang gagal bisa berubah menjadi bencana industri—mulai dari ledakan, kebakaran, hingga korban jiwa.

Data Kemnaker RI (2022) mencatat, sekitar 15% kecelakaan kerja berat di sektor energi dan manufaktur terjadi akibat kegagalan sistem bertekanan seperti bejana tekan dan pipa penyalur. Ini bukan angka kecil. Karena itu, pengujian dan pemeriksaan bejana tekan bukan hanya soal kepatuhan hukum, tapi soal menjaga nyawa dan keandalan operasi.

Sebagai penyedia pelatihan dan sertifikasi keselamatan kerja terkemuka, HSE SkillUp memandang penting untuk mengedukasi para profesional industri tentang proses pengujian dan pemeriksaan bejana tekan dan pipa penyalur sesuai standar nasional dan internasional. Artikel ini akan membahasnya secara tuntas dan mudah dipahami.

1. Apa Itu Bejana Tekan dan Pipa Penyalur?

Bejana tekan (pressure vessel) adalah wadah tertutup yang menampung fluida (gas atau cair) dengan tekanan berbeda dari atmosfer. Contohnya: tangki udara bertekanan, reaktor kimia, dan boiler.

Sementara itu, pipa penyalur (piping system) berfungsi menyalurkan fluida antar sistem proses di bawah tekanan tinggi.

Keduanya bekerja di bawah kondisi ekstrem—tekanan, suhu, dan getaran—sehingga wajib diuji dan diperiksa secara teratur untuk memastikan integritas strukturnya.

🔗 Baca juga: Bejana Tekan: Pengertian, Konstruksi, dan Risiko K3

2. Mengapa Pengujian Bejana Tekan dan Pipa Penyalur Penting?

Ada tiga alasan utama:

  1. Keselamatan kerja: kegagalan sistem bertekanan bisa menimbulkan ledakan besar.

  2. Kepatuhan hukum: diatur dalam Permenaker No. 37 Tahun 2016 tentang K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan.

  3. Efisiensi operasional: mendeteksi kerusakan dini agar tidak mengganggu proses produksi.


OSHA (Occupational Safety and Health Administration) dan HSE UK bahkan menegaskan bahwa pengujian dan inspeksi bejana tekan adalah bagian dari preventive safety management system—bukan sekadar rutinitas teknis, tapi bagian dari budaya keselamatan industri.

🔗 Pelajari lebih lanjut: Permenaker No. 37 Tahun 2016: Penjelasan Lengkap dan Aplikasinya

3. Jenis-Jenis Pengujian dan Pemeriksaan

Jenis-Jenis-Pengujian-dan-Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Visual (Visual Inspection)

Langkah pertama sebelum uji teknis. Pemeriksa memeriksa korosi, retakan, kebocoran, deformasi, atau tanda-tanda keausan.
Metode ini diatur dalam API 570 dan ASME BPVC Section V.

b. Uji Hidrostatik (Hydrotest)

Metode paling umum untuk memastikan kekuatan dan ketahanan tekanan bejana. Bejana diisi air, diberi tekanan 1,3–1,5 kali tekanan kerja maksimum (MAWP), lalu diamati apakah terjadi kebocoran.
Standar acuan: ASME Section VIII Div.1, UG-99.

🔗 Baca juga: Apa Itu Hydrotest? Pengertian, Prosedur, Standar, dan Manfaat Uji Tekanan Hidrostatik

c. Uji Non-Destructive Test (NDT)

Menilai kondisi internal material tanpa merusak komponen. Jenisnya antara lain:

  • Radiographic Test (RT): mendeteksi cacat las menggunakan sinar-X atau gamma.

  • Ultrasonic Test (UT): mendeteksi retakan dalam logam dengan gelombang ultrasonik.

  • Magnetic Particle Test (MT): mencari retakan di permukaan logam feromagnetik.

  • Dye Penetrant Test (PT): mendeteksi cacat permukaan material non-magnetik.


Semua metode ini merujuk pada ASME Section V dan ISO 9712.

d. Uji Tekanan Pneumatik

Dilakukan menggunakan udara atau gas inert bila penggunaan air berisiko (misalnya pada bejana stainless atau sistem yang sensitif terhadap kelembapan).
Tekanan uji biasanya 110% dari MAWP, dan wajib dilakukan di ruang terbuka dengan pengawasan ketat.

e. Uji Kebocoran (Leak Test)

Menggunakan sabun cair, helium, atau nitrogen untuk mendeteksi kebocoran mikro pada sambungan pipa dan katup.

4. Prosedur Pemeriksaan dan Sertifikasi Menurut Kemnaker

Menurut Permenaker No. 37 Tahun 2016, bejana tekan dan pipa penyalur harus:

  1. Diperiksa dan diuji oleh Ahli K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan (PUBT) bersertifikat Kemnaker.

  2. Memiliki sertifikat laik operasi sebelum dioperasikan.

  3. Diperiksa ulang secara berkala setiap 2–3 tahun, tergantung jenis bejana dan kondisi kerja.

Inspeksi harus dilakukan secara terencana, dengan tahapan:

  • Persiapan dokumen teknis (gambar, logbook, catatan operasi).

  • Pemeriksaan kondisi eksternal dan internal.

  • Pelaksanaan pengujian sesuai standar (hydrotest, NDT, leak test).

  • Evaluasi hasil uji dan rekomendasi tindakan korektif.


🔗 Pelajari juga: Panduan Lengkap Sertifikasi Ahli K3 Pesawat Uap, Bejana Tekan, dan Tangki Timbun (PUBT) – Sertifikasi Resmi Kemnaker RI

5. Standar Internasional yang Berlaku

Untuk memastikan konsistensi global, berbagai lembaga internasional mengatur standar teknis bejana tekan dan pipa penyalur, di antaranya:

Lembaga Standar Fokus Pengaturan
ASME (USA) BPVC Section VIII & IX Desain, fabrikasi, dan uji tekanan bejana tekan
API (USA) API 570, API 510 Inspeksi dan perawatan pipa dan bejana di industri migas
ISO (Internasional) ISO 9712, ISO 16528 Kualifikasi personel dan desain umum
OSHA (USA) 29 CFR 1910 Subpart M Persyaratan keselamatan dan inspeksi bejana
HSE UK Pressure Systems Safety Regulations Kewajiban pemeriksaan sistem bertekanan

Dengan mengikuti standar-standar tersebut, industri di Indonesia dapat memastikan sistem inspeksi mereka setara dengan praktik internasional terbaik.

6. Studi Kasus: Kegagalan Sistem Bejana Tekan di Industri

Pada 3 Maret 2023, terjadi kebakaran hebat di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Insiden ini menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai puluhan lainnya. (source:https://apnews.com/)

Peristiwa ini menyoroti pentingnya sistem pengamanan tekanan, deteksi kebocoran, serta pengendalian risiko pada bejana tekan dan tangki timbun, terutama di fasilitas penyimpanan bahan bakar berskala besar.

Kasus seperti ini menegaskan pentingnya:

  • Pengujian tekanan secara berkala (hydrotest).

  • Penerapan standar desain dan inspeksi yang benar (ASME/API).

  • Pelatihan personel bersertifikat K3 PUBT.

HSE UK mencatat bahwa lebih dari 60% kecelakaan bejana tekan di dunia disebabkan oleh inspeksi yang tidak memadai atau pengujian yang dilewatkan.

🔗 Untuk memahami karakteristik dan jenis bejana, baca: Jenis-jenis Bejana Tekan dan Fungsinya: Panduan Dasar Berdasarkan Ketentuan Kemnaker

7. Tantangan dan Solusi dalam Pemeriksaan Bejana Tekan

Beberapa tantangan umum di lapangan:

  • Akses terbatas ke area internal bejana.

  • Keterbatasan SDM ahli K3 PUBT bersertifikat.

  • Ketidaksesuaian dokumentasi teknis.

Solusinya:

  • Gunakan teknologi NDT modern seperti phased array ultrasonic testing (PAUT).

  • Pastikan inspektor memiliki sertifikasi resmi Kemnaker dan ISO 9712.

  • Terapkan manajemen pemeliharaan berbasis risiko (RBMI – Risk-Based Maintenance & Inspection) seperti direkomendasikan oleh API 580.

🔗 Untuk memahami dasar teknologinya, baca juga: 5 Jenis Pesawat Uap dan Fungsinya: Panduan Lengkap untuk Profesional K3 dan Industri

Kesimpulan

Pengujian dan pemeriksaan bejana tekan serta pipa penyalur bukan hanya kewajiban hukum, tapi bagian dari tanggung jawab profesional dan moral dalam menjamin keselamatan kerja.

Dengan mengikuti Permenaker No. 37 Tahun 2016, serta standar ASME, API, dan HSE UK, perusahaan dapat memastikan bahwa sistem mereka aman, efisien, dan sesuai standar global.

Sebagai lembaga pelatihan bersertifikat resmi, HSE SkillUp berkomitmen membantu perusahaan dan tenaga profesional memahami dan menerapkan standar keselamatan ini secara menyeluruh.

💡 Ingin meningkatkan kompetensi dalam pengujian dan pemeriksaan bejana tekan?
Pelajari lebih lanjut di Panduan Lengkap Sertifikasi Ahli K3 PUBT dari HSE SkillUp – pelatihan bersertifikat resmi Kemnaker RI.

 

FAQ – Pertanyaan Umum tentang Pengujian dan Pemeriksaan Bejana Tekan

1. Apa tujuan utama pengujian bejana tekan?

Untuk memastikan bejana tekan aman digunakan di bawah tekanan operasionalnya, bebas dari cacat struktural, dan memenuhi persyaratan teknis serta hukum.

2. Seberapa sering bejana tekan harus diuji?

Menurut Permenaker No. 37 Tahun 2016, pemeriksaan internal dilakukan minimal setiap 2 tahun sekali, dan uji tekanan setiap 3 tahun sekali atau sesuai rekomendasi pabrikan dan kondisi operasi.

3. Apa perbedaan antara hydrotest dan pneumatic test?

Hydrotest: menggunakan air, aman karena energi potensial rendah.Pneumatic test: menggunakan udara/gas, lebih berisiko tapi digunakan bila penggunaan air tidak memungkinkan.

4. Siapa yang berwenang melakukan pengujian bejana tekan di Indonesia?

Hanya Ahli K3 PUBT bersertifikat Kemnaker RI atau lembaga inspeksi terakreditasi yang boleh melaksanakan pengujian dan menandatangani hasil uji.

5. Apa akibat jika bejana tekan tidak diuji secara berkala?

Risikonya fatal: kebocoran, ledakan, kerusakan properti, hingga sanksi hukum dari Kemnaker karena pelanggaran K3.